WAWANCARA EKSKLUSIF TIM SOSIAL MEDIA UNJ HOCKEY

Seiring dengan berjalannya waktu Aryati bukan sekedar berlari di lintasan Atletik namun juga menjelajah ke berbagai cabang olahraga lainnya. Masa SMA-nya di habiskan dengan menggeluiti cabang olahraga tersebut, Ia adalah pemain puteri pada klub Bola Basket Indonesia Muda.
Ketertarikannya yang luar biasa pada cabang olahraga bola basket pula yang menyeretnya berkecimpung lebih dalam dengan dunia olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP Jakarta) adalah pilihan yang diambilnya usai menuntaskan SMA.
Benih unggul jatuh di lahan subur, demikian analogi yang tepat menggambarkan perjalanannya sebagai mahasiswi FPOK IKIP Jakarta. Berbagai cabang olahraga kemudian dia coba tekuni selama menjadi mahasiswi. Uniknya adalah namanya selalu masuk dalam komposisi tim IKIP Jakarta pada cabang olahraga Atletik,Bola Basket,Bola Voli,Sepak Bola, Hockey,Taekwondo dan Panjat Tebing. Pepatah mengatakan “ karena yang pertama bukan yang utama” ,pepatah tersebut sangat mewakili karakter seorang Aryati.
Ada cerita unik tersendiri mengenai keterlibatannya pada cabang olahraga hockey. Menginjak semester 3 (1985) Ibu Siti Safariatun atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mbak Atun (Alm), mengajaknya untuk ikut berlatih hockey. Tidak butuh waktu lama, namanya kemudian masuk dalam komposisi pemain tim Pra PON DKI Jakarta. Ia juga adalah salah satu squad tim campuran IKIP Jakarta, kala tampil sebagai juara I pada penampilan perdana di ajang KHRM ITB 1988.
"Prestasi saya pada cabang olahraga hockey tidak terlalu istimewa, demikian pengakuannya. Namun saya melihat bahwa orang-orang yang sudah bergabung di hockey masa depannya cerah" begitu tuturnya. Mengapa demikian ?, mungkin tidak perlu diperdebatkan, karena tentunya ini adalah sudut pandang pengalaman hidup seorang Aryati. Selain Hockey, cabang olahraga Tae Kwon Do, adalah cabang olahraga yang juga punya kesan mendalam. Gelar juara mahasiswa antar perguruan tinggi sempat pula masuk dalam genggamannya.
DUNIA PETUALANGAN
Di sela-sela perkuliahan dan keterlibatannya pada organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa), dia sempat pula menjajal cabang olahraga panjat tebing. Cabang yang kemudian membawanya tampil sebagai juara nasional. Apakah dengan banyaknya kegiatan itu menganggu perkuliahannya ?, Oh tidak…, menurut pengakuannya seharusnya dia selesai tepat waktu. Namun dia memilih ‘menunda’ kelulusannya. Mengapa demikian ?
Berikut penuturannya, tawaran dari bung Octav (Octavianus Matakupan) untuk Go Internasional memaksanya untuk menunda sementara waktu kelulusannya. Adrenalinnya terpacu menggeluti dunia baru, tantangannya adalah rentetan pendakian ke 5 puncak tertinggi di pengunungan Alpen. Demikianlah pada tahun 1989, Ia mengikuti proses seleksi pembentukan tim, saat itu dari IKIP Jakarta di kirim 3 perwakilan, 2 diantaranya adalah pendaki puteri asal Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam (KMPA) Eka Citra.
Meski miskin pengalaman pendakian,ketangguhan fisiknya yang luar biasa mengantarnya lolos. Dari 25 pendaki perempuan yang mengikuti seleksi, hanya 10 yang di pilih. Bersama tim ekspedisi Alpen wanita Indonesia, Ia kemudian sukses mencapai puncak-puncak tertinggi pegunungan Alpen. Termasuk diantaranya (Mount Blanc (4808 M), yang merupakan puncak tetinggi di pegunungan Alpen. Karirnya dalam dunia pendakian gunung terbilang unik. Pada tahap awal, Sleeping bag, Rucksack, dan nyaris semua perlengkapan pendakian yang dipakainya merupakan hasil pinjaman. Pasca pendakian 5 puncak tertinggi pegunungan Alpen, keterlibatan dengan dunia pendakian semakin dalam. Sederet sukses pendakian puncak bersalju mancanegara masuk dalam catatan Curiculum Vitae pengalaman pendakiannya.
Pada tahun 1990, dua puncak Himalaya dijajalnya. Gagal pada pendakian puncak Island Peak/Imja Tse (6189 m ) di awal tahun, Ia menebusnya dengan keberhasilan fenomenal pencapaian puncak Annapurna IV (7525 M) di penghujung tahun 1990. Prestasi yang berdasarkan keterangan langsung dari Elizabeth Hawley, adalah merupakan pencapaian pertama seorang pendaki perempuan. Namanya kini terekam sebagai wanita pertama dunia yang berhasil mencapai puncak Annapurna IV. Puncak lain yang juga kemudian berhasil didakinya usai sukses pendakian Annapurna IV, adalah puncak Aconcagua ( 6962 M) gunung tertinggi di benua Amerika pada tahun 1993.
Selanjutnya pada rentang tahun 1996 - 1997 Ia ikut terlibat langsung sebagai kandidat pendaki dalam proses seleksi pembentukan tim Ekspedisi Everest Kopassus Indonesia. Tim dengan proyeksi pendakian ke puncak Mount Everest (8848 M) yang merupakan titik tertinggi dunia. Ia ikut serta dalam pendakian pra ekspedisi di kawasan pegunungan Himalaya, sebagai bagian dari proses seleksi. Namun Ia kurang beruntung, namanya hilang dari pilihan. Pasalnya adalah para pelatih asal Russia di bawah komando Anatoli Boukreyev merasa lebih nyaman jika materi pendaki seluruhnya terdiri dari pendaki pria.
Bagaimana dengan gunung-gunung di negeri sendiri ? sederet puncak gunung di Indonesia masuk pula dalam catatan pengalaman pendakiannya. Diantaranya Salak, Gede, Rinjani, Semeru, Ciremai dan banyak lagi. Demikian hasil obrolan kami, tim sosial media UNJ Hockey dengan salah satu senior perkasa pada eranya.
Berdasarkan data, sederet catatan fenomenal tersebut di atas, belum pernah mampu diulang lagi oleh mahasiswi-mahasiswi FPOK IKIP Jakarta generasi berikutnya. Bahkan sampai pada era Universitas Negeri Jakarta (UNJ), deretan catatan dahsyat tersebut tetap sulit untuk ditiru. Aryati Mowl kini melanjutkan studi dan menetap di Washington DC Amerika Serikat. ( Team 6-Sosmed)