HOKI RUANGAN SEBAGAI ALTERNATIF AKSELERASI PRESTASI
Implementasi regulasi terkini peraturan permainan Hoki ruangan, merupakan salah satu kelebihan Kejurnas Hoki ruangan Piala Menegpora dibandingkan even Hoki manapun yang digelar di republik ini. Ini pula yang menjadi salah satu dasar dihilangkannya sektor campuran ( sejak tahun 2011 ) walau dalam 5 penyelenggaraan sebelumnya sektor campuran terbukti punya pesona tersendiri yang menghadirkan sejumlah drama pertandingan mencekam. Tuan rumah terpaksa merelakan salah satu kategori pertandingan yang merupakan sektor unggulan tersebut demi menjaga kualitas, sekaligus penyesuaian dengan regulasi FIH yang tidak mempertandingkan kategori yang menggabungkan pemain putera dan puteri dalam satu tim baik di even Indoor maupun Outdoor ( Field Hockey ) .
Kualitas pula agaknya yang membuat Federasi Hoki Indonesia ( FHI ) sebagai induk organisasi tertinggi di negeri ini sejak tahun 2011 memandang perlu untuk menempatkan ajang prestisius perebutan piala Menegpora RI dalam kalender resmi organisasi. Pembentukan tim nasional Hoki ruangan boleh jadi dapat bermula di arena ini. Sebuah percepatan luar biasa dan penghargaan tersendiri akan kualitas organisasi penyelenggaraan.
Jika selama ini di arena Hoki lapangan negeri ini miskin prestasi, mengapa kita tidak mencoba upaya akselerasi prestasi melalui cara lain yang lebih menjanjikan.
Hoki ruangan seiring dengan perjalanan waktu kini telah berkembang menjadi ajang prestisius tersendiri, terlebih setelah FIH dengan resmi menggelar kejuaraan hoki ruangan I pada tahun 2003 silam. yang kemudian berlanjut dengan hadirnya kejuaraan – kejuaraan sejenis di tiap zona FIH.
Kisah spektakular Iran yang mampu menggebrak dan muncul sebagai kekuatan tersendiri di zona Asia dengan menyingkirkan kekuatan - kekuatan mapan seperti Korea Selatan, India ataupun saudara serumpun Malaysia mungkin dapat dijadikan contoh menarik. Agaknya untuk sebuah akselerasi signifikan kita perlu melakukan perubahan besar dalam paradigma pembinaan Hoki .
Bukankah akan lebih mudah menemukan sebidang tempat untuk menggelar sebuah proses pembinaan ataupun meningkatkan frekuensi kompetisi sebagai jembatan menuju sebuah peningkatan prestasi dibandingkan memaksakan "konsep usang" memutar roda pembinaan dan kompetisi di atas lapangan rumput yang sangat - sangat tak laik pakai.
Sudah saatnya para pembina Hoki di negeri ini menggunakan logika akal sehat, dibandingkan harus terus bersikap keras kepala bak pungguk merindukan bulan, memendam asa hadirnya lapangan karpet berstandar internasional di tiap Provinsi yang biaya pembangunannya sangatlah mahal dan dipastikan tidak akan segera masuk dalam skala prioritas alokasi APBD di tiap daerah, sebuah renungan menarik........