Sometimes you win sometimes you learn.

Kali ini tim putera UNJ berburu gelar tidak dengan komposisi terkuat. Tanpa 3 pemain yang tengah bersiap menghadapi Asian Games, serta 1 pemain yang tengah dalam masa pemulihan cedera. Namun walau demikian, target untuk mempertahankan gelar juara umum pada even IHR ISTN ke XVII tak mengalami revisi. Pada even tersebut tahun 2017 lalu, UNJ menyapu bersih gelar juara putera dan puteri.
Skenario pada episode 1 berjalan sesuai dengan rencana, setelah rangkaian pertandingan babak penyisihan pool berikut fase - fase lanjutannya, tim putera melaju ke partai puncak. Lawan di laga final adalah STKIP Cimahi, melalui perrtarungan yang lumayan ketat gelar juara berhasil diamankan. Gol tunggal Ahdan Asasi memastikan UNJ memenangkan laga krusial tersebut dengan skor 1 - 0. Kemenangan tersebut melengkapi hasil yang diraih tim puteri, untuk memastikan gelar juara umum tetap di tangan UNJ. Bukan cuma gelar juara, namun juga gelar pencetak gol terbanyak menjadi milik Ahdan Asasi dengan produktifitas 9 gol. Masih ada tambahan lagi dengan gelar pemain terbaik yang jatuh ketangan Ahmad Rifky. Mission Accomplished di IHR ISTN XVII.
Tidak demikian dengan episode ke 2, yang berlangsung di Gymnasium UPI Bandung. Sampai dengan babak semifinal semua skenario berjalan mulus, UNESA Surabaya berhasil dijinakan dengan skor akhir 3 - 1. Langkah UNJ tersendat, pada partai puncak yang berlangsung alot. UNJ langsung kecolongan dan tertinggal 0 - 1 di detik pertama awal laga. Sebuah gol yang semestinya tidak perlu terjadi. Kapten tim Fauzur Rohman kemudian berhasil menyamakan kedudukan melalui eksekusi Drag Push, memaksimalkan hukuman Penalty Corner di jantung pertahanan UPI, pada babak kedua permainan. Kedudukan 1 - 1 antar kedua tim finalis berlangsung sampai dengan menit ke 17 babak kedua. Pada menit krusial tersebut, momentum permainan seketika berubah, bermula ketika wasit memberikan hukuman kartu hijau pada Ahmad Fikri. UPI langsung memetik keuntungan kuantitas pemain di lapangan permainan, kondisi tersebut berujung pada terjadinya 2 gol beruntun di menit tersisa. Partai final itupun berakhir dengan skor 1 - 3 untuk tim tuan rumah.
Bukan hasil yang buruk, Bukan perkara mudah untuk mempertahankan performa tim dalam 2 even beruntun. Sejauh ini tidak ada satupun tim di negeri ini yang mampu melakukannya. Apalagi 2 even berbeda tersebut, digelar tanpa jeda dalam rentang waktu 15 hari. Untuk sampai pada 2 partai final berarti tim melakoni 10 laga. Sebagai catatan, UPI lawan pada partai final tidak berpartisipasi pada even IHR ISTN.
Rekam jejak kedua tim finalis memang menarik untuk disimak. Kecuali final IHR ISTN ke XVII lalu, kedua tim selalu bertemu dalam partai final even hockey ruangan antar perguruan tinggi. Dalam rentang 17 bulan terakhir kedua tim telah berjumpa dalam 4 partai final. Pertama pada final IHR ITB bulan Januari 2017, berlanjut pada final IHR ISTN XVI bulan Juli 2017, terakhir pada partai puncak IHR ITB bulan Januari 2018. UNJ memenangkan keseluruhan laga final tersebut.
Mengapa memaksakan untuk berpartisipasi pada 2 even, tanpa jeda waktu ?, parameter terbaik dalam evaluasi sebuah proses pembinaan adalah atmosfir kompetisi. Dibutuhkan instrumen valid untuk menilai kekuatan dan kelemahan suatu tim. Selalu menghadirkan tim dalam atmosfir kompetisi adalah pilihan bijak. PH UNJ setidaknya selalu mencoba menjauh dari zona nyaman. Menang atau kalah adalah sebuah konsekuensi logis, kadang berakhir dengan kemenangan namun kadangkala harus belajar dari sebuah kegagalan. Live is like riding a bicycle in order to keep your ballance you must keep moving.