
Seolah merekalah yang paling berjasa,paling jujur, sekaligus nara sumber primer dalam pembinaan olahraga hockey di negeri ini. Gajah dipelupuk mata tak nampak,sementara semut diseberang lautan terlihat jelas, How Come. Pertanyaan dan pernyataan yang sesungguhnya diluar kapasitas mereka.
Para provokator polemik pada kenyataannya bukanlah pengurus ataupun pengambil kebijakan pada tingkat Pengcab,Pengkot ataupun Pengprov. Karena FHI pada Musyawarah Nasional penghujung Mei 2014 lalu telah mensosialisasikan niatan ini. Asal berteriak tanpa fakta, demikianlah sekedar cari eksistensi diri di dunia maya,. tapi rasanya ada cara lain yang lebih elegan.
Jauh sebelumnya pengurus provinsi dilingkungan FHI, telah mendapatkan penawaran untuk sebuah kemungkinan sekaligus kesanggupan pengiriman tim mewakili negeri ini. Bagi penulis, ini sebuah terobosan cerdas. Sebuah langkah bijak demi mensiasati keterbatasan anggaran FHI. Ini varian yang sah-sah saja. Kerap ini dilakukan pula oleh cabang olahraga lain di negeri ini. Ini mungkin yang tak terpikirkan dan boleh jadi ada di luar jangkauan wawasan para provokator jejaring sosial. Ada muatan nilai politis tersendiri yang diburu di balik manuver yang diimplementasikan dalam bentuk pengiriman tim ke Single Event resmi Asia Hockey Federation ( AHF).
BERBAGI BEBAN
Titik bidiknya adalah sebuah pengakuan status keanggotaan dari AHF. Sebuah obsesi yang pada situasi dan kondisi saat ini, rasanya tidak ada salahnya bila bebannya dibagi, dan juga menjadi tanggung jawab moril para Pengprov. Saatnya untuk saling bahu membahu, bergotong-royong mendukung Political Will demi sebuah eksistensi. Adalah sebuah kenyataan pahit bahwa konflik organisasi internal berkepanjangan, telah menjadi biang keladi terkucilnya negeri ini dari pergaulan internasional. Tidak mungkin membangun sebuah pengakuan internasional dan merajut prestasi dengan menggantungkan harapan hanya sebatas partisipasi pada arena Multi Event dua tahunan berlabel SEA Games.
Mungkin memang ada cacat kebijakan dari PP FHI yang selama ini telah terjadi. Namun terus menerus berpolemik mencari kambing hitam, hanya akan membuat olahraga hockey negeri ini terjebak dalam stagnasi prestasi. Demikianlah pada akhirnya ide tersebut di atas, langsung direspons positif oleh kepengurusan baru Pengprov FHI DKI Jakarta, tentunya setelah berkordinasi dan mendapat lampu hijau dukungan penuh KONI DKI Jakarta. Sikap serupa juga jadi pilihan KONI Provinsi Papua, yang juga telah menyanggupi untuk berdiri di belakang niatan Pengprov FHI Papua untuk menyertakan tim perempuan pada kejuaraan hockey lapangan bertajuk Asia Cup U- 21 bulan Agustus 2014 mendatang di Hongkong.
Sebagai induk organisasi cabang olahraga di tingkat Provinsi, KONI DKI pastinya tidak gegabah dan emosional dalam mendukung niatan tersebut di atas. Tentunya ada pendalaman rekam jejak prestasi yang sebelumnya telah dijadikan bahan pertimbangan. Bukan sebuah kebetulan bahwa para pemain putera dan puteri hoki ruangan UNJ, kini mendominasi komposisi pemain pada pemusatan latihan daerah ( Pelatda) hoki ruangan.
Secara meyakinkan, tim hockey ruangan putera UNJ telah membuktikan diri, mampu menjadi yang terbaik pada seluruh even penting hockey ruangan di negeri ini. Sejak bulan Mei 2012 lalu,semua kejuaraan ataupun invitasi antar perguruan tinggi berskala nasional gelar juaranya berhasil diamankan. Demikian pula dengan sebuah even bertajuk kejuaraan nasional antar klub se Indonesia piala Walikota Surabaya. Total 6 gelar juara secara berurutan masuk dalam genggaman, demikian rekaman catatan prestasi sampai dengan bulan Mei 2014 lalu. Sebagai catatan tambahan, pada even dwi tarung dua tahunan Sukan Malaysia Indonesia (Sukmalindo) tahun 2013 lalu. Ditunjuk Bapomi mewakili Indonesia, tim ini mampu menjawab kepercayaan dengan meraih kemenangan pertama negeri ini sepanjang sejarah even Sukmalindo. Bertanding dalam format hockey ruangan, Gimnasium UPI Bandung jadi saksi bisu. Untuk pertama kalinya tim hoki mahasiswa Indonesia mampu mencatat kemenangan atas tim nasional mahasiswa Malaysia dengan skor 6 -.5.
Berikutnya pada even Singapore Indoor Hockey Chalenge ( SIHC), October 2013 lalu, turun bertanding dengan nama tim UNJ Indonesia meski tertatih - tatih mampu finish pada posisi ke 4. Even di Singapura tersebut, diikuti oleh 6 tim dengan format setengah kompetisi.Pesertanya diantaranya adalah tim nasional Australia, yang memanfaatkan even tersebut sebagai Try Out pematangan tim menuju Indoor Hockey World Cup tahun 2015 mendatang. Juga tampil tim hoki ruangan Malaysia ATM, peringkat 3 kejuaraan hoki ruangan Asia ke 4 - 2012. Jadi apa yang perlu diragukan ?.
Para provokator jejaring sosial pun sesungguhnya tahu pasti mengenai fenomena tersebut.Karena mereka adalah saksi mata dalam kapasitas sebagai Pelatih,Atlet,Wasit ataupun perangkat pertandingan sepanjang rentang waktu tersebut.Mereka faham, namun entah mengapa mudah terprovokasi oleh individu "sakit hati" berwawasan terbatas.
Bahwa kemudian tim Indonesia pada kejuaraan hoki ruangan Asia tidak berdaya bukanlah sebuah berita heboh. Para Atlet hoki negeri ini memang miskin pengalaman internasional. Bertanding pada kejuaraan Asia adalah sebuah petualangan 3 kasta keatas, hanya dengan cara itu kita dapat mengukur level permainan. Setidaknya agar kita tidak seperti katak dibawah tempurung.
Sikap kritis di era keterbukaan memang perlu. Namun mungkin faktor etika dan moral, setidaknya harus dikedepankan sebagai bahan pertimbangan sebelum mengemukakan sesuatu. Berteriak- teriak bermodalkan emosi hanya akan membuat kualitas kompetensi intelektual yang dimiliki menjadi sangat transparan. Bertolak belakang dengan Pride yang selama ini kerap diapungkan kepermukaan. Kebanggaan bahwa olahraga hockey adalah Student Sport. ( Octavianus Matakupan )