SEJARAH SEBUAH TRADISI PRESTASI
EVERY PICTURE TELLS A STORY

Menyimak rangkaian galeri foto pada bagian akhir dari artikel ini, bagi para pelakunya mungkin ibarat menelusuri sebuah lorong waktu. Demikianlah, "Time flies but memories last forever". Perkumpulan hockey UNJ adalah cerita mengenai sebuah perjalanan panjang, berdurasi lebih dari 40 tahun. Dimana pada suatu penggalan masa, sempat diwarnai dengan periode stagnasi prestasi. Itulah yang dialami cabang olahraga hockey pasca integrasi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Jakarta, menjadi salah satu Fakultas di lingkungan IKIP Jakarta pada tahun 1976 lalu.
Memang tidak drastis, karena tetap ada riak-riak kecil catatan prestasi terutama di sekor puteri. Tetap mampu memberikan kontribusi positif dari sisi kuantitas pemain bagi tim Ibukota, saat PON XI di Jakarta tahun 1985. Namun secara keseluruhan grafik prestasi dapat dikatakan menukik tajam secara signifikan. Biang keladinya adalah faktor klasik, macetnya regenerasi pemain karena roda pembinaan yang tak terorganisir. Selain berbagai faktor lain, sebut misalnya kendala jarak dengan tempat latihan. Boleh jadi, mahasiswa fakultas olahraga (FPOK) pada era itu kemungkinan enggan meluangkan waktu untuk datang berlatih ke lapangan hockey Senayan. Tuntutan beban akademis dan pertimbangan ekonomis adalah alasan klasiknya. Memang berlatih ke Senayan berarti butuh pengeluaran ekstra.
Beruntung di penghujung dekade 1980-an, format permainan hockey ruangan menjadi solusi jitu. Roda pembinaan perlahan kembali berputar. Jarak menuju tempat latihan yang selama ini jadi salah satu kendala berhasil dieliminir. Proses latihan dapat dengan leluasa digelar di lingkungan kampus Rawamangun. Gairah pembinaan kemudian mengalami akselerasi signifikan, pasca sukses mengejutkan tim campuran. Diluar prediksi siapapun saat itu, tim campuran mampu merebut gelar juara 1 dari kejuaraan hockey ruangan antar perguruan tinggi ( KHRAPT) ITB di tahun 1988. Tim tersebut dengan segala kekurangan, nekad memaksakan berangkat dengan bermodalkan tekad dan kebersamaan.
Generasi pemain UNJ saat ini kadang setengah tidak percaya, saat dituturkan bahwa untuk akomodasi saat itu, tim hanya memanfaatkan sebuah Mushalla di daerah Kopo-Bandung. Sebagai catatan niatan untuk berpartisipasi pada even tersebut bahkan sempat mengalami penolakan di tahun 1987, dengan alasan quota peserta. Panitia pelaksanapun bahkan sempat mengajukan pertanyaan mengejutkan "IKIP Jakarta punya tim hockey ?". Panitia hanya mampu menjanjikan kesempatan di tahun berikutnya. Demikian sepenggal cerita kenangan dibalik sukses perdana di even KHRAPT ITB ( kini IHRPT ITB). Sebuah fakta tersendiri bahwa pada era itu IKIP Jakarta memang tidak aktif dalam mengikuti even antar perguruan tinggi.
Euphoria yang terjadi langsung ditempatkan sebagai titik tolak momentum kebangkitan. Varian langkah strategi susulan kemudian digelar, kali ini dengan menghadirkan atmosfir kompetisi antar jurusan di lingkungan internal Fakultas. Mencoba memetik nilai positif, dari fanatisme jurusan di lingkungan fakultas olahraga yang pada era itu begitu luar biasa. Organisasipun mulai mengalami penataan. Perlahan tapi pasti dengan segala kendala yang dihadapi, perkumpulan hockey (PH) IKIP Jakarta kembali pada jalur pembinaan yang tepat. Saat ini PH UNJ adalah satu dari segelintir klub hockey di negeri ini, yang memiliki status hukum lengkap dengan akte notaris.
Berjalan simultan, sebuah Kejuaraan hockey ruangan antar perguruan tinggi se DKI Jakarta (1989) dihadirkan. Piala bergilir Rektor IKIP Jakarta, demikian tema yang diusung. Pada edisi perdana, sesuai prediksi, dari sisi prestasi hasilnya jauh dari memuaskan. Langkah tim tuan rumah saat itu tertatih-tatih, hanya mampu meraih peringkat 3 untuk kategori campuran. Namun ada nilai positif yang dipetik. Hockey mulai menjadi daya tarik tersendiri, menjanjikan peluang untuk berprestasi bagi mahasiswa fakultas olahraga. Memasuki awal dekade 1990, setidaknya telah berhasil dibangun sebuah platform kuat, bagi sebuah proses pembinaan.
Tidak butuh waktu lama, setahun kemudian ajang Piala Rektor ke II (1990), menjadi panggung demostrasi keganasan tim tuan rumah. Bermaterikan squad pemain muda, tim Hockey ruangan IKIP Jakarta tampil mengejutkan. Menyapu bersih seluruh gelar di tiga kategori nomor pertandingan. Prestasi yang saat itu cukup mencengangkan peta kekuatan hockey ibukota. Sebuah pertanda bahwa kekuatan tim hockey IKIP Jakarta telah pulih. Sejak itu nyaris tidak pernah pulang tanpa gelar dari kejuaraan manapun di negeri ini.
ERA UNJ
Berbeda dengan saat transisi STO ke IKIP Jakarta, transisi dari IKIP Jakarta memasuki era Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berlangsung tanpa hambatan berarti. Tidak terjadi stagnasi seperti pada periode sebelumnya. Doktrin pembinaan telah mengakar, menjadi sebuah kekuatan tersendiri yang mengawal proses tersebut. Memasuki tahun 2008, logo hockey IKIP Jakarta yang sebelumnya tetap digunakan dimuseumkan.
Logo baru dihadirkan, bukan soal gambar pada logo yang menjadi pembeda utama. Namun keberanian mencantumkan jargon "Carrying on the winning tradition". Berkesan arogan ?, tergantung dari sudut mana melihatnya. Lebih dimaksudkan agar lintas generasi mengerti, bahwa ada tanggung jawab warisan kebanggaan yang harus dipertahankan. Pemain boleh berubah, begitupun komposisi pelatih, karena itu adalah sebuah proses natural. Namun tradisi prestasi tidak boleh berganti. Untuk tetap berada di atas, pemutahiran kualitas latihan menjadi sebuah tuntutan. Siapapun yang akan menangani tim, akan dikondisikan untuk belajar memahami seluk beluk Periodisasi berfondasikan IPTEK olahraga terkini.
Sejak tahun 2009,varian langkah baru dalam strategi pembinaan dimulai. Sebuah program bertajuk "UNJ Hockey Go International" diluncurkan. Implementasinya berupa pengiriman tim bertanding pada kejuaraan internasional. Langsung ditempatkan sebagai program wajib tahunan. Saat itu sebagai even perdana, dipilih Kejohanan Hoki Dewan Terbuka, sebuah even rutin tahunan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Perak,Malaysia. Dalam perjalanannya kemudian, UNJ adalah satu- satunya tim asal Indonesia yang tidak pernah absen. Sebuah bukti tersendiri akan keseriusan, menjaga kontinuitas sebuah komitmen.
Memasuki tahun 2013, komitmen program "UNJ Hockey Go International" mengalami pengembangan. Event Singapore Indoor Hockey Challenge (SIHC) menjadi pilihan ekspansi berikutnya. Berbeda dengan event di Malaysia, event di Singapura saat digelar perdana, adalah sebuah "Open Tournament" resmi berstandar FIH. Peringkat 4 putera adalah hasil yang diraih pada kesempatan pertama tampil disana. Di tahun itu pula PH UNJ memasuki babak baru dalam menejemen tim. Dihadapkan pada sebuah tuntutan baru, berupa pengiriman tim dengan tujuan berbeda. Dua event Internasional, di dua negara berbeda pada waktu yang bersamaan. Kalender penyelenggaraan even di Malaysia dan Singapura, memang berlangsung pada minggu yang bersamaan. Pada ujian pertama ini, perangkat pendukung tim ternyata mampu dengan cepat beradaptasi dengan tuntutan.
Kini satu Dekade sudah program tersebut bergulir, bertanding pada even internasional bukan lagi sesuatu yang menghebohkan. Bahkan kepada mahasiswa baru anggota PH UNJ, sejak awal masuk sudah dianjurkan untuk segera memiliki passport. Walau mungkin tidak akan segera digunakan,tetapi itu cuma masalah waktu. Namun tentunya bergantung pada niat dan kemauan tiap individu untuk bersaing. Sebagai catatan, sejak tahun 2016 UNJ selalu menyertakan lebih dari satu tim pada even di UPSI Malaysia. Kontingen ke UPSI sejak tahun tersebut, rata-rata berkekuatan 50 atlet dan official.
Selain even di kampus UPSI ada pula even di Singapura, serta sejumlah even insidentil di Malaysia. Selama undangan even berformat hockey ruangan, hampir dapat dipastikan UNJ akan hadir setidaknya dengan 1 tim. Bagaimana dengan undangan even field hockey ?, pasti akan ditolak dengan halus karena tidak sesuai domain. Lagipula masa depan olahraga hockey negeri ini, ada pada Indoor Hockey bukan yang lain.
Demikian cerita singkat dari sebuah upaya mengembalikan eksistensi prestasi. Hockey adalah salah satu cabang tradisional pada fakultas olahraga. Keberadaannya boleh jadi sama usianya dengan sejarah panjang fakultas olahraga. Hockey sudah menjadi bagian dari mata kuliah sejak era Sekolah Tinggi Olahraga (STO). Beberapa nara sumber primer menyebutkan, bahwa cabang olahraga hockey sebagai mata kuliah sudah dikenal di awal dekade tahun 1960-an. Semoga upaya keras yang telah bergulir selama hampir empat dekade ini dapat terus berlanjut. (O.M)
Memang tidak drastis, karena tetap ada riak-riak kecil catatan prestasi terutama di sekor puteri. Tetap mampu memberikan kontribusi positif dari sisi kuantitas pemain bagi tim Ibukota, saat PON XI di Jakarta tahun 1985. Namun secara keseluruhan grafik prestasi dapat dikatakan menukik tajam secara signifikan. Biang keladinya adalah faktor klasik, macetnya regenerasi pemain karena roda pembinaan yang tak terorganisir. Selain berbagai faktor lain, sebut misalnya kendala jarak dengan tempat latihan. Boleh jadi, mahasiswa fakultas olahraga (FPOK) pada era itu kemungkinan enggan meluangkan waktu untuk datang berlatih ke lapangan hockey Senayan. Tuntutan beban akademis dan pertimbangan ekonomis adalah alasan klasiknya. Memang berlatih ke Senayan berarti butuh pengeluaran ekstra.
Beruntung di penghujung dekade 1980-an, format permainan hockey ruangan menjadi solusi jitu. Roda pembinaan perlahan kembali berputar. Jarak menuju tempat latihan yang selama ini jadi salah satu kendala berhasil dieliminir. Proses latihan dapat dengan leluasa digelar di lingkungan kampus Rawamangun. Gairah pembinaan kemudian mengalami akselerasi signifikan, pasca sukses mengejutkan tim campuran. Diluar prediksi siapapun saat itu, tim campuran mampu merebut gelar juara 1 dari kejuaraan hockey ruangan antar perguruan tinggi ( KHRAPT) ITB di tahun 1988. Tim tersebut dengan segala kekurangan, nekad memaksakan berangkat dengan bermodalkan tekad dan kebersamaan.
Generasi pemain UNJ saat ini kadang setengah tidak percaya, saat dituturkan bahwa untuk akomodasi saat itu, tim hanya memanfaatkan sebuah Mushalla di daerah Kopo-Bandung. Sebagai catatan niatan untuk berpartisipasi pada even tersebut bahkan sempat mengalami penolakan di tahun 1987, dengan alasan quota peserta. Panitia pelaksanapun bahkan sempat mengajukan pertanyaan mengejutkan "IKIP Jakarta punya tim hockey ?". Panitia hanya mampu menjanjikan kesempatan di tahun berikutnya. Demikian sepenggal cerita kenangan dibalik sukses perdana di even KHRAPT ITB ( kini IHRPT ITB). Sebuah fakta tersendiri bahwa pada era itu IKIP Jakarta memang tidak aktif dalam mengikuti even antar perguruan tinggi.
Euphoria yang terjadi langsung ditempatkan sebagai titik tolak momentum kebangkitan. Varian langkah strategi susulan kemudian digelar, kali ini dengan menghadirkan atmosfir kompetisi antar jurusan di lingkungan internal Fakultas. Mencoba memetik nilai positif, dari fanatisme jurusan di lingkungan fakultas olahraga yang pada era itu begitu luar biasa. Organisasipun mulai mengalami penataan. Perlahan tapi pasti dengan segala kendala yang dihadapi, perkumpulan hockey (PH) IKIP Jakarta kembali pada jalur pembinaan yang tepat. Saat ini PH UNJ adalah satu dari segelintir klub hockey di negeri ini, yang memiliki status hukum lengkap dengan akte notaris.
Berjalan simultan, sebuah Kejuaraan hockey ruangan antar perguruan tinggi se DKI Jakarta (1989) dihadirkan. Piala bergilir Rektor IKIP Jakarta, demikian tema yang diusung. Pada edisi perdana, sesuai prediksi, dari sisi prestasi hasilnya jauh dari memuaskan. Langkah tim tuan rumah saat itu tertatih-tatih, hanya mampu meraih peringkat 3 untuk kategori campuran. Namun ada nilai positif yang dipetik. Hockey mulai menjadi daya tarik tersendiri, menjanjikan peluang untuk berprestasi bagi mahasiswa fakultas olahraga. Memasuki awal dekade 1990, setidaknya telah berhasil dibangun sebuah platform kuat, bagi sebuah proses pembinaan.
Tidak butuh waktu lama, setahun kemudian ajang Piala Rektor ke II (1990), menjadi panggung demostrasi keganasan tim tuan rumah. Bermaterikan squad pemain muda, tim Hockey ruangan IKIP Jakarta tampil mengejutkan. Menyapu bersih seluruh gelar di tiga kategori nomor pertandingan. Prestasi yang saat itu cukup mencengangkan peta kekuatan hockey ibukota. Sebuah pertanda bahwa kekuatan tim hockey IKIP Jakarta telah pulih. Sejak itu nyaris tidak pernah pulang tanpa gelar dari kejuaraan manapun di negeri ini.
ERA UNJ
Berbeda dengan saat transisi STO ke IKIP Jakarta, transisi dari IKIP Jakarta memasuki era Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berlangsung tanpa hambatan berarti. Tidak terjadi stagnasi seperti pada periode sebelumnya. Doktrin pembinaan telah mengakar, menjadi sebuah kekuatan tersendiri yang mengawal proses tersebut. Memasuki tahun 2008, logo hockey IKIP Jakarta yang sebelumnya tetap digunakan dimuseumkan.
Logo baru dihadirkan, bukan soal gambar pada logo yang menjadi pembeda utama. Namun keberanian mencantumkan jargon "Carrying on the winning tradition". Berkesan arogan ?, tergantung dari sudut mana melihatnya. Lebih dimaksudkan agar lintas generasi mengerti, bahwa ada tanggung jawab warisan kebanggaan yang harus dipertahankan. Pemain boleh berubah, begitupun komposisi pelatih, karena itu adalah sebuah proses natural. Namun tradisi prestasi tidak boleh berganti. Untuk tetap berada di atas, pemutahiran kualitas latihan menjadi sebuah tuntutan. Siapapun yang akan menangani tim, akan dikondisikan untuk belajar memahami seluk beluk Periodisasi berfondasikan IPTEK olahraga terkini.
Sejak tahun 2009,varian langkah baru dalam strategi pembinaan dimulai. Sebuah program bertajuk "UNJ Hockey Go International" diluncurkan. Implementasinya berupa pengiriman tim bertanding pada kejuaraan internasional. Langsung ditempatkan sebagai program wajib tahunan. Saat itu sebagai even perdana, dipilih Kejohanan Hoki Dewan Terbuka, sebuah even rutin tahunan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Perak,Malaysia. Dalam perjalanannya kemudian, UNJ adalah satu- satunya tim asal Indonesia yang tidak pernah absen. Sebuah bukti tersendiri akan keseriusan, menjaga kontinuitas sebuah komitmen.
Memasuki tahun 2013, komitmen program "UNJ Hockey Go International" mengalami pengembangan. Event Singapore Indoor Hockey Challenge (SIHC) menjadi pilihan ekspansi berikutnya. Berbeda dengan event di Malaysia, event di Singapura saat digelar perdana, adalah sebuah "Open Tournament" resmi berstandar FIH. Peringkat 4 putera adalah hasil yang diraih pada kesempatan pertama tampil disana. Di tahun itu pula PH UNJ memasuki babak baru dalam menejemen tim. Dihadapkan pada sebuah tuntutan baru, berupa pengiriman tim dengan tujuan berbeda. Dua event Internasional, di dua negara berbeda pada waktu yang bersamaan. Kalender penyelenggaraan even di Malaysia dan Singapura, memang berlangsung pada minggu yang bersamaan. Pada ujian pertama ini, perangkat pendukung tim ternyata mampu dengan cepat beradaptasi dengan tuntutan.
Kini satu Dekade sudah program tersebut bergulir, bertanding pada even internasional bukan lagi sesuatu yang menghebohkan. Bahkan kepada mahasiswa baru anggota PH UNJ, sejak awal masuk sudah dianjurkan untuk segera memiliki passport. Walau mungkin tidak akan segera digunakan,tetapi itu cuma masalah waktu. Namun tentunya bergantung pada niat dan kemauan tiap individu untuk bersaing. Sebagai catatan, sejak tahun 2016 UNJ selalu menyertakan lebih dari satu tim pada even di UPSI Malaysia. Kontingen ke UPSI sejak tahun tersebut, rata-rata berkekuatan 50 atlet dan official.
Selain even di kampus UPSI ada pula even di Singapura, serta sejumlah even insidentil di Malaysia. Selama undangan even berformat hockey ruangan, hampir dapat dipastikan UNJ akan hadir setidaknya dengan 1 tim. Bagaimana dengan undangan even field hockey ?, pasti akan ditolak dengan halus karena tidak sesuai domain. Lagipula masa depan olahraga hockey negeri ini, ada pada Indoor Hockey bukan yang lain.
Demikian cerita singkat dari sebuah upaya mengembalikan eksistensi prestasi. Hockey adalah salah satu cabang tradisional pada fakultas olahraga. Keberadaannya boleh jadi sama usianya dengan sejarah panjang fakultas olahraga. Hockey sudah menjadi bagian dari mata kuliah sejak era Sekolah Tinggi Olahraga (STO). Beberapa nara sumber primer menyebutkan, bahwa cabang olahraga hockey sebagai mata kuliah sudah dikenal di awal dekade tahun 1960-an. Semoga upaya keras yang telah bergulir selama hampir empat dekade ini dapat terus berlanjut. (O.M)